Awalnya, rencana kami untuk melewati malam pergantian tahun 2010 adalah pantai Pangandaran. Tapi, aku pikir kami butuh hal yang lebih menantang. Karna petualangan-petualangan kami sebelumya lebih dari sekedar gemuruh ombak yang menderu berlomba menuju pantai, bahkan lebih dari sekedar keganasan ombak yang menerjang batu karang... Aku bilang puncak Gunung Ciremai...!! Keinginanku tak langsung disetujui oleh semuanya. Ada beberapa faktor yang mereka anggap terlalu berbahaya, diantaranya hujan. Ya, saat itu memang sedang musim hujan dimana longsor dan tumbangnya pepohonan kerap terjadi. Perdebatan pun cukup alot, antara kubu pro dan kontra.
Akhirnya setelah bersusah payah meyakinkan mereka, kami pun sepakat untuk memulai pendakian pada hari terakhir di tahun 2009. Kami satu pikiran, satu hati, satu jiwa, satu misi, satu visi dan satu tujuan yang sama. Pada akhirnya ancaman hujan beserta angin dan longsornya tidak mampu mengalahkan tekad kami. Kami menantang...!!
Pagi yang cerah di tanggal 31 Desember 2009. Suara merdu kicauan burung dilatari pemandangan sunrise yang indah, seakan alam merestui keberangkatan kami pagi itu. Belum sampai setengah perjalanan, tak ada rintangan yang menghambat kami kecuali stamina kami yang berkurang. Keringat yang membasahi dan rasa lelah memaksa kami untuk beristirahat sejenak. Dengan makanan dan minuman alakadarnya, kami rasa sudah sangat cukup untuk mengusir lapar dan melepas haus.
Perjalanan berlanjut, sampai kami melewati setengah perjalanan. Hujan ringan membasahi pemandangan sekitar, tapi kami terus melangkah meski licinnya medan menyulitkan langkah kami. Tanjakan-tanjakan curam pun mulai kami lewati. Semangat belum pudar, kami nikmati perjalanan ini, kami sambut rintangan ini.
Sampailah kami di gua walet, kami beristirahat disini. Lalu hal yang ditakutkan benar-benar terjadi disini. Hujan sangat deras mengguyur gunung ini. Membasahi pepohonan juga material-material yang membentuk bukit yang sangat besar dan tinggi ini. Tanpa hujan pun udara sudah sangat dingin, sekarang ditambah hujan. Kami benar-benar kedinginan saat itu. Dingin yang teramat dingin membuat kami rindu rumah. Kami malas untuk ngobrol, kami terdiam merenungi apa yang terjadi. Belum sampai ke puncak, semangat kami mulai berguguran di gua itu. Aku yang punya ide akan puncak itu sempat merasa menyesal. Aku benar-benar menyesal saat itu... Andai ada helikopter yang menjemputku di gua itu... Pikiranku sudah jauh melayang...
Hujan pun mulai reda. Tiba-tiba, salah satu dari kami berdiri dan berkata : "Ayo kita lanjutkan perjalanan ini... Puncak itu sudah menunggu kita...!! Bukankah kita sudah sepakat akan puncak itu??" Entah dapat kekuatan dari mana, bak motivator yang handal dia mampu membangkitkan semangat kami kembali. Dengan cepat kami tersugesti oleh kata-katanya. Tak membuang-buang waktu lagi, perjalanan dilanjutkan...!!
Padahal jarak dari gua ke puncak hanya 3 km, tapi langkah kami terasa berat untuk melangkah. Kami tak mampu bediri tegak, kami merayap di atas permukaan cadas yang menjadi medan perjalanan kami. Ini adalah rintangan tersulit, dimana stamina sudah terkuras dan kami harus melewati curamnya tanjakan cadas yang terjal ini. Tapi semangat mengalahkan segalanya, menjelang magrib kami pun sampai di atas. Beberapa meter di bawah puncak itu, kami mendirikan tenda. Di depan tenda, kami menyalakan api dengan harap dingin akan pergi. Tapi apa daya kobaran api itu hanya mampu mengurangi rasa dingin dari tubuh, tak mampu membuatnya pergi. Pijakan tertinggi di gunung ini belum kami tapaki. Sampai fajar datang kami hanya berada di sekitar tenda. Adapun hal yang kami sesali saat itu, kami tak dapat menyaksikan keindahan panorama sunset karna cuaca tidak memihak. Pasca hujan langit mendung sampai gelap tiba... Malam yang cerah, pemandangan sangat indah... Bulan dan bintang di angkasa terasa sangat dekat. Di bawah, lampu kelap-kelip kota mewarnai gelapnya malam... Ini membuat kami melupakan betapa sulitnya akan perjalanan itu. Kelelahan kami di bayar tuntas oleh keindahannya...
Waktu menyingsing fajar, kami beranjak ke pijakan tertinggi di propinsi Jawa-Barat. Puncak Gunung Ciremai...!! Kami sambut datangnya mentari di puncak itu. Udara pun tak sedingin malam, pagi itu benar-benar cerah... Kawah pun terlihat jelas... Gunung ini benar-benar sudah kami takluki...!! Kami berhasil, kami Juara...!!!


Tidak ada komentar:
Posting Komentar