Selasa, 28 Februari 2012

Kami Yang Menantang...!!

Kawan, ini adalah puncak Ciremai pada tanggal 1 januari 2010...
Awalnya, rencana kami untuk melewati malam pergantian tahun 2010 adalah pantai Pangandaran. Tapi, aku pikir kami butuh hal yang lebih menantang. Karna petualangan-petualangan kami sebelumya lebih dari sekedar gemuruh ombak yang menderu berlomba menuju pantai, bahkan lebih dari sekedar keganasan ombak yang menerjang batu karang... Aku bilang puncak Gunung Ciremai...!! Keinginanku tak langsung disetujui oleh semuanya. Ada beberapa faktor yang mereka anggap terlalu berbahaya, diantaranya hujan. Ya, saat itu memang sedang musim hujan dimana longsor dan tumbangnya pepohonan kerap terjadi. Perdebatan pun cukup alot, antara kubu pro dan kontra.
Akhirnya setelah bersusah payah meyakinkan mereka, kami pun sepakat untuk memulai pendakian pada hari terakhir di tahun 2009. Kami satu pikiran, satu hati, satu jiwa, satu misi, satu visi dan satu tujuan yang sama. Pada akhirnya ancaman hujan beserta angin dan longsornya tidak mampu mengalahkan tekad kami. Kami menantang...!!
Pagi yang cerah di tanggal 31 Desember 2009. Suara merdu kicauan burung dilatari pemandangan sunrise yang indah, seakan alam merestui keberangkatan kami pagi itu. Belum sampai setengah perjalanan, tak ada rintangan yang menghambat kami kecuali stamina kami yang berkurang. Keringat yang membasahi dan rasa lelah memaksa kami untuk beristirahat sejenak. Dengan makanan dan minuman alakadarnya, kami rasa sudah sangat cukup untuk mengusir lapar dan melepas haus.
Perjalanan berlanjut, sampai kami melewati setengah perjalanan. Hujan ringan membasahi pemandangan sekitar, tapi kami terus melangkah meski licinnya medan menyulitkan langkah kami. Tanjakan-tanjakan curam pun mulai kami lewati. Semangat belum pudar, kami nikmati perjalanan ini, kami sambut rintangan ini.
Sampailah kami di gua walet, kami beristirahat disini. Lalu hal yang ditakutkan benar-benar terjadi disini. Hujan sangat deras mengguyur gunung ini. Membasahi pepohonan juga material-material yang membentuk bukit yang sangat besar dan tinggi ini. Tanpa hujan pun udara sudah sangat dingin, sekarang ditambah hujan. Kami benar-benar kedinginan saat itu. Dingin yang teramat dingin membuat kami rindu rumah. Kami malas untuk ngobrol, kami terdiam merenungi apa yang terjadi. Belum sampai ke puncak, semangat kami mulai berguguran di gua itu. Aku yang punya ide akan puncak itu sempat merasa menyesal. Aku benar-benar menyesal saat itu... Andai ada helikopter yang menjemputku di gua itu... Pikiranku sudah jauh melayang...
Hujan pun mulai reda. Tiba-tiba, salah satu dari kami berdiri dan berkata : "Ayo kita lanjutkan perjalanan ini... Puncak itu sudah menunggu kita...!! Bukankah kita sudah sepakat akan puncak itu??" Entah dapat kekuatan dari mana, bak motivator yang handal dia mampu membangkitkan semangat kami kembali. Dengan cepat kami tersugesti oleh kata-katanya. Tak membuang-buang waktu lagi, perjalanan dilanjutkan...!!
Padahal jarak dari gua ke puncak hanya 3 km, tapi langkah kami terasa berat untuk melangkah. Kami tak mampu bediri tegak, kami merayap di atas permukaan cadas yang menjadi medan perjalanan kami. Ini adalah rintangan tersulit, dimana stamina sudah terkuras dan kami harus melewati curamnya tanjakan cadas yang terjal ini. Tapi semangat mengalahkan segalanya, menjelang magrib kami pun sampai di atas. Beberapa meter di bawah puncak itu, kami mendirikan tenda. Di depan tenda, kami menyalakan api dengan harap dingin akan pergi. Tapi apa daya kobaran api itu hanya mampu mengurangi rasa dingin dari tubuh, tak mampu membuatnya pergi. Pijakan tertinggi di gunung ini belum kami tapaki. Sampai fajar datang kami hanya berada di sekitar tenda. Adapun hal yang kami sesali saat itu, kami tak dapat menyaksikan keindahan panorama sunset karna cuaca tidak memihak. Pasca hujan langit mendung sampai gelap tiba... Malam yang cerah, pemandangan sangat indah... Bulan dan bintang di angkasa terasa sangat dekat. Di bawah, lampu kelap-kelip kota mewarnai gelapnya malam... Ini membuat kami melupakan betapa sulitnya akan perjalanan itu. Kelelahan kami di bayar tuntas oleh keindahannya...
Waktu menyingsing fajar, kami beranjak ke pijakan tertinggi di propinsi Jawa-Barat. Puncak Gunung Ciremai...!! Kami sambut datangnya mentari di puncak itu. Udara pun tak sedingin malam, pagi itu benar-benar cerah... Kawah pun terlihat jelas... Gunung ini benar-benar sudah kami takluki...!! Kami berhasil, kami Juara...!!!

















Read More..

Sabtu, 25 Februari 2012

Terserah Kamu, Aku Diam...!!

Karna aku tak ada atau apalah itu, seharusnya tidak  menjadi alasan. Semestinya kau tahu mana jalan yang memang itu benar dan baik untuk kau lalui, sebuah jalan yang tidak menyebabkan rasa ingin beranjak pergi. Seharusnya kejadian-kejadian yang telah lalu dapat memberikan pelajaran penting dan berharga. Dan selayaknya semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dapat menjadi kesadaran untuk tidak lagi mengulangnya.
Pernah aku bicara waktu itu tentang persoalan yang menyebabkan aku tak nyaman, siksa batin yang merayapi. Kemudian tentang jenuh yang sempat membuat aku benar-benar ingin pergi saja. Kubicarakan semua itu. Harapan agar ada jalan keluar dan solusi, namun kau tetap saja begitu... Hingga aku berusaha untuk melupakan tentang itu semua. Dan sekarang, kau berikan aku ini lagi…??
Mungkin kata-kataku sudah kian tak berarti lagi untuk kau ikuti, perasaan yang aku tata berulang kali, kembali tak dapat kau hargai. Apakah rasa sakit hati ini adalah imbalannya??
Sekarang semuanya terserah padamu..!! akan aku coba untuk diam dan tak lagi mengingatkan sesui inginmu... Lalu jika nanti aku lebih memlih untuk diam, maka jangan kau pinta aku lagi untuk kembali menata pecahan-pecahan rasa yang berserakan. Biarkan aku…!!


Read More..

Senin, 20 Februari 2012

Aku Pulang....!!

Libur menjelang UAS tiba...
Bagi anak rantauan, begitu mendengar kata libur pasti yang dipikirkan adalah "mudik". Begitu juga dengan diriku, siang tadi, meski sempat terhambat karna berbagai hal, akhirnya aku pulang. Rumahku istanaku... Tak dapat kugambarkan bagaimana bahagianya diriku saat ini. hhaaa... Ibarat pepatah, "Lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang".  Sepertinya pribahasa ini benar-benar aku terapkan. Tak ada yang lebih hebat dari tanah kelahiranku.
Kota kecilku, kota kuda...!!
Kotaku, kota Kuningan...!!

Tanah warisan nenek moyangku,
Kuningan.



Read More..

Kamis, 09 Februari 2012

Mimpi

Inilah mimpiku kawan...
Mimpi yang hanya mimpi yang berkeliaran dalam imajinasiku. Mimpi yang (mungkin) tak bisa kuraih, karna takdir tidak menjodohkanku dengan mimpi ini.
Universitas Multimedia Nusantara...!! Itu yang pertama kali terucap dari mulutku ketika ibu bertanya tentang masa depanku. Tapi apa dayaku ketika kata "tidak" terlontar dari mulutnya. Meskipun bukan Universitas termahal di Indonesia, namun biayanya tidak sesuai dengan kantong keluarga kami dan aku menyadari itu. Tak ada yang bisa disalahkan dan aku tak menyalahkan siapapun. Dunia Multimedia yang menjadi cita-citaku sejak bangku SLTA akhirnya kandas ditengah jalan....

Mengapa aku harus berjumpa dengan mimpi ini??
Mimpi yang membawaku ke dalam dunia angan...
Mimpi yang di dalamnya terdapat sejuta rasa yang indah...
Mimpi yang tidak bisa kulupakan...
Mimpi yang menyiksa diriku!!

Kini aku terdampar di LPKIA, kampus yang tak pernah ada dalam pikiranku. Bergulat dengan koding-koding program yang bagiku itu sangat menjenuhkan. Aku tersesat dan tak tau arah untuk pulang. Kenapa aku datang ke Teknik Informatika? apa itu benar-benar keinginanku pasca kandasnya dunia Multimedia? atau dorongan dari keluargaku? entahlah...
Kini aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Kuleawati hari-hariku tanpa tujuan, tanpa arah yang pasti dan tanpa cita-cita yang pasti pula.

Aku berusaha fokus pada kenyataan, dan tak akan ku kubur begitu saja mimpi itu.
Aku percaya selalu ada harapan yang lebih baik di depan sana, meski aku belum tahu itu apa.
Akan ku sambut masa depan dengan mimpi-mimpiku yang lain.
Akan ku pelihara mimpi-mimpiku layaknya Sang Pemimpi.


Read More..

Selasa, 07 Februari 2012

Aku yang Rapuh

Tak terasa jejak-jejak kaki ini telah lama membumi. Melewati hari demi hari hingga kini hampir tiga semester telah dilewati. Dan detik demi detik penuh pengorbanan yang silih berganti, takkan hanya menjadi kisah abadi. Ini kisahku. Kisah tentang jiwa yang rapuh. Melewati kehidupan mahasiswa dengan tekad yang masih belum jelas.
Deru semangat di saat itu, masih terngiang ditelingaku. Ku kecup tanganmu, dan kurasakan hangatnya kasih sayang diantara bait-bait kata dari kalimat terakhirmu ketika melepasku. “Jadilah orang yang bisa dibanggakan”, seakan itu kata mujarab yang kau ucap dan selalu kuingat dalam memoriku. Mengharap keselamatan, dan tidak ada hal yang tak diinginkan terjadi kepadaku.
Aku yang rapuh, namun suaramu dari jauh yang selalu menjadi penguat hatiku. Aku tak menemukan kata-kata terbaik tuk melukiskan bahagiaku. Aku mencoba melakukan yang terbaik, untukmu, semua keluarga, dan  sahabat yang selalu mendukungku.
Ada kalanya juga diri ini terbelah. Di antara kemalasan yang menjadi, prestasi yang terjal tuk didaki, dan konsistensi yang terus digali, ada harap kalian disana yang selalu percaya padaku. Percaya bahwa tiap tetes keringat yang kau lakukan untukku takkan sia-sia, sekadar menjadi pelengkap kisah dan tak sedikitpun memberikan asa. Dan ketahuilah, jika hal itu menjadi kenyataan, betapa penyesalan akan tiba. Bahkan mungkin takkan bisa termaafkan diri ini, yang sama saja menjadi beban tanpa memberi sesuatu yang berarti.
Aku memang belum bisa membuatmu bangga, dengan nilai-nilai di atas rata-rata, ataupun selaksa hal positif yang membelalakkan mata. Bahkan, aku lebih sering melagukan keluh nan kesahku ketika lewat senandung manja. Tetapi tak sedikitpun itu membuatmu menolakku ketika menghubungimu.
Aku membelitmu dengan masalah, yang tak bisa ku selesaikan walau diri ini seharusnya bisa lebih bersikap dewasa. Padahal, berkali lipat masalah pasti tlah kau jumpai disana. Duniamu yang membuat duniaku juga ada. Duniamu yang menjadi penyokong duniaku tuk tetap ada. Tetapi tetap, itu tak membuatmu menghindariku.
Aku menyalahkanmu ketika itu. Menyalahkan pilihan yang telah kita sepakati bersama dan restu yang telah kau beri untukku. Padahal kau tahu, potensiku seluas samudera namun semangatku tak setinggi langit, dan semangat lah yang justru paling penting. Tetapi kau tetap mempercayaiku.
Disana, kau tetap tiada lelah mengirim do’amu untukku kepada-Nya. Mengharap Sang Kuasa memberikan aku hidayah, dan senantiasa dalam naungan jalan-Nya tuk terhindar dari bahaya. Tiada lelah, tapi tak pernah sekalipun aku membalas balik do'amu.
Dan disini, aku ada tuk berusaha menjawab kepercayaanmu.

Bandung, Tanah Rantau
Egy Lukman Nugraha


Read More..

Minggu, 05 Februari 2012

Aku

Aku akan lakukan apa yang aku mau….
Aku pikir peraturan itu tidak selamanya harus ditaati….
Aku benci segala sesuatu yang bersifat mengekang….
Aku sadar akan apa yang kulakukan….
Aku tahu resiko apa yang akan kuterima….
Aku tidak melakukan sesuatu tanpa alasan….
Aku sudah cukup tahu tentang benar dan salah….
Aku tidak akan melebihi batas….
Aku bebas….!!!



Aku adalah aku….
Aku beserta kehidupanku….
Aku dan filosofiku….
Aku yang menentang….
Aku dan kesombonganku….
Aku dan keegoisanku….
Aku dan tujuanku….
Aku dan tekadku….
Aku yang tahu diriku….
Aku yang memimpin diriku….!!!

 
Read More..

Rabu, 01 Februari 2012

My Adventure


Semua kejadian yang terjadi dalam hidupku, semua mimpi-mimpi yang ingin kuwujudkan, semua kejadian dalam hidupku merupakan sebuah petualangan.
dan… Inilah petualanganku!






Read More..